Pengalamannyasebagai kuli bangunan membuat Pak Darman malah lebih teliti. Nah, obrolan panjang soal financial freedom itu terjadi di malam ketiga mereka bekerja. Malam itu, Pak Darman sedang istirahat di balkon di lantai dua. Sambil menikmati kopinya, beliau tampak asyik berbalas pesan dengan seseorang di hapenya.
DiAustralia, saat partai buruh berkuasa, paket kurir beratnya ngga boleh lebih dari 40 kg/kotak, gan. Juga barang-barang lain yang harus diangkut manual. Di negara maju, jasa kuli mahal biayanya karena jarang ada yg mau. Kalo pun ada, biasanya WNA. Semua barang macem semen, pupuk, beras dll saat ditumpuk harus dialasi karangka kayu berongga supaya bisa diangkut pake forklift.
Suparman pria berusia 61 tahun itu sudah 12 tahun mengadu nasib sebagai kuli angkut barang di stasiun Bandung. Ia mendapatkan pekerjaan sebagai porter karena diwarisi oleh ayahnya yang meninggal dunia dan telah puluhan tahun menjadi kuli panggul di stasiun Bandung. Saat itu usia Suparman sudah lebih dari 40 tahun.
cash. Kompas TV video vod Senin, 9 Mei 2022 1720 WIB - Meski telah berusia 60 tahun, seorang pria di Lampung masih bekerja sebagai pekerja panggul di Pelabuhan Bakauheni. Semangat menghidupi keluarganya menjadi kekuatan pria ini untuk mengangkut barang-barang penumpang kapal yang berat. Usianya tidak lagi muda 60 tahun, namun Bukhori masih menghabiskan waktunya untuk bekerja. Bukan pekerja biasa, melainkan sebagai pekerja panggul di Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Bukhori masih harus bekerja keras di usia senjanya demi memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan keluarga. Baca Juga Kisah Haru Nakes Lebaran di IGD, Rela Tiga Tahun Tak Mudik Demi Tanggung Jawab Dengan seragam pekerja panggul pelabuhan nomor 31 warga Desa Bakauheni, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan ini gesit menawarkan jasa kepada para penumpang. Bukan perkara mudah bekerja sebagai kuli panggul di usia Bukhori, ia harus bersaing dengan pekerja panggul yang masih muda dan berstamina prima. Tidak jarang karena kasihan para penumpang enggan menggunakan jasanya. Namun, Bukhori tidak mau dikasihani, setiap langkah kakinya berusaha mantap menapaki satu demi satu anak tangga menuju kapal membawa barang penumpang yang berat dan berukuran besar. Karena setiap tetes peluh dan napas yang terengah adalah cintanya pada keluarga. Di musim mudik dan balik lebaran, Bukhori bisa mendapatkan seratus hingga Rp 150 ribu per hari. Sementara di hari-hari biasa hanya Rp 35 ribu per hari, meski bukan pekerjaan yang ideal untuk orang yang memasuki usia lansia, Bukhori belum berpikir untuk berhenti dari pekerjaan yang sudah digelutinya selama 3 tahun ini. Bukhori berharap dirinya selalu sehat agar bisa tetap bekerja sekuat yang ia mampu demi keluarga. Sumber Kompas TV BERITA LAINNYA
- Virgi Irgi Alamsyah rela memanggul tas setiap penumpang pesawat di Bandara Soekarno Hatta Soetta yang meminta bantuannya. Hal itu ia lakukan demi mencukupi berbagai kebutuhan hidup sehari-hari. Ia sudah lama berprofesi sebagai kuli panggul atau helper yang dipekerjakan Perum Damri, BUMN Transportasi yang menyediakan jasa transportasi bus dari dan menuju bandara. “Kerja kami membantu driver mengangkut barang, kami bantu ketika penumpang akan turun di tengah jalan. Kami juga yang bantu bersihkan mobil,” kata Virgi mengisahkan kesehariannya saat dihubungi reporter Tirto, Selasa 18/6/2019. Virgi tak sendirian. Di Bandara Soekarno Hatta, kata dia, setidaknya terdapat 380 orang yang berprofesi sejenis dengan dirinya yakni sebagai kuli panggul. Ia sendiri telah bekerja cukup lama dengan bayaran sebesar Rp1 juta/bulan. Upah yang ia terima memang bukan jumlah yang besar, tapi pekerjaan itu menjadi salah satu tumpuan hidupnya. Di luar gaji yang tergolong kecil itu, sebenarnya ada yang lebih membuat Virgi gundah. Sebab, selama bekerja, ia tak pernah sekalipun disodorkan kontrak kerja atau tak ada kejelasan nasib baginya. Virgi bahkan tak punya dasar untuk menuntut hak lantaran bekerja tanpa kontrak. “Saya sudah kerja 4 tahun 6 bulan. Saat itu ada perekrutan, tapi enggak ada surat kontrak. Dulu ada cek ijazah dan lain-lain. Tapi enggak ada kontrak," kata Virgi. Perasaan Virgi makin kalut manakala saat ini banyak rekannya yang tak punya kejelasan kerja. Cerita berawal dari proses perekrutan terhadap 380 orang helper yang dilakukan Perum Damri, pada Jumat pekan lalu. “Dan dari hasil seleksi itu, 380 yang diseleksi hanya 90 orang yang lolos. Yang 200 sisanya itu ngambang, itu enggak ada surat sama sekali dari kantor. Enggak jelas kami harus kemana?" kata Virgi mengeluhkan. Upah yang kecil ditambah status kerja yang tak jelas membuat Virgi dan rekan-rekannya gelisah. Buah kegelisahan itu adalah terbitnya petisi online di yang pada intinya menuntut perubahan sistem manajemen Damri di Bandara Soekarno Hatta, terutama perihal pola hubungan kerja antara Perum Damri dan para helper. “Harapannya kami ingin kerja lagi jadi helper meskipun dibayar segitu,” kata dia lirih. Penjelasan Perum Damri General Manager Damri Bandara Soekarno-Hatta, Boy Aryadi mengkalrifikasi perihal status hubungan kerja yang dikeluhkan para helper tersebut. Menurut dia, selama ini helper tak punya hubungan kerja dengan Damri lantaran memang tak ada posisi itu di Perum Damri. Boy mengatakan, para helper selama ini direkrut secara mandiri oleh para pengemudi. “Mereka bekerja atas kemauan sendiri, tanpa ada pengaturan upah maupun jam kerja. Jadi, helper tidak direkrut oleh Perum Damri, tetapi secara informal oleh para pengemudi,” kata Boy. Meski demikian, kata Boy, perusahaan menyadari pentingnya keberadaan para helper sehingga mendorong manajemen untuk melakukan transformasi agar para helper memiliki hubungan kerja yang lebih formal. “Dalam proses transformasi Perum Damri, semua aspek dibenahi termasuk aspek Sumber Daya Manusia. Sebagai bentuk kepedulian Direksi Damri, helper merupakan salah satu tenaga kerja yang harus segera diperjelas status kepegawaiannya,” kata dia. Terkait perekrutan yang dikeluhkan para helper, Boy menjelaskan, sebagai badan usaha milik negara, proses perekrutan pegawai memang harus merujuk prosedur yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Ia pun mengharap kondisi ini dipahami para helper. "Perum Damri memiliki aturan untuk penetapan status kepegawaian yang tentunya merujuk kepada undang-undang dan peraturan di bidang ketenagakerjaan," kata Boy. Boy menambahkan “untuk memperjelas status kepegawaian, beberapa waktu yang lalu, diadakan tes untuk para helper. Hasil tes menunjukan bahwa terdapat 90 helper yang lulus tes dan dapat dinaikkan status kepegawaiannya, baik melalui Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT atau sebagai calon pegawai yang nantinya menjadi pegawai Damri melalui Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu PKWTT” kata Boy. Perlu Kontrak Kerja yang Jelas Kondisi ini bisa terjadi dan menimpa siapa saja di luar para helper Perum Damri di Bandara Soetta. Ekonom dari Institute for Development of Economic and Finance INDEF Eko Listiyanto menjelaskan, memang seringkali ditemukan adanya tenaga kerja yang punya inisiatif menawarkan jasanya sebagai kuli panggul. Kondisi inilah yang menurut dia terlebih dahulu perlu diperjelas ketika ada sengketa hubungan kerja di sebuah instansi. Apakah pekerja yang bersangkutan mendaftar atau direkrut secara resmi oleh instansi dalam hal ini Perum Damri atau tidak? “Jika tidak, maka Perum Damri tidak mempunyai kewajiban untuk memenuhi hak dari helper. Selain itu juga tidak ada indikasi UU Ketenagakerjaan yang dilanggar karena mereka berusaha sendiri,” kata Eko saat dihubungi reporter Tirto, Rabu 19/6/2019. Namun, kata Eko, Perum Damri juga tak bisa begitu saja lepas tangan. Sebab, melihat fakta di lapangan keberadaan para helper ini sebenarnya dibutuhkan oleh pengemudi dan penumpang yang membawa tas cukup berat ketika naik atau turun bus. Eko mengatakan, Perum Damri bisa saja meniru cara yang dilakukan PT Angkasa Pura II AP II dengan mengangkat para helper sebagai karyawan dengan hubungan kerja resmi. Namun, ia memberi catatan, tentu manajemen perlu mempertimbangkan kondisi keuangan perusahaan. “Konsekuensinya keuangan Perum Damri harus sehat. Jika tidak, maka akan mengganggu keuangan dari Damri. Kesehatan Perum Damri juga harus kita perhatikan," kata Eko. Menurut Eko, beban tersebut tak bisa hanya dilimpahkan pada Perum Damri. Hal ini, kata dia, perlu juga peran pemerintah dalam membuat regulasi yang bisa dijadikan pijakan oleh BUMN untuk merekrut tenaga kerja tambahan seperti para helper Damri di Bandara Soekarno tersebut. “Pemerintah bisa saja membuat kerja sama dengan perusahaan penyuplai tenaga kerja untuk menyediakan jasa tenaga kerja helper. Jadi perjanjian kerjanya bisa antara perusahaan penyuplai tenaga kerja dengan perusahaan pemakai jasa. Cara ini menurut saya paling rasional dilakukan oleh pemerintah melalui BUMN-nya,” kata Eko. Hal senada diungkapkan pengacara publik dari Lembaga Bantuan Hukum LBH Jakarta, Nelson Nikodemus. Nelson mengatakan, peristiwa ini harusnya bisa menjadi pembelajaran bagi para pencari kerja. Misalnya, dalam hubungan kerja, para tenaga kerja harus punya kontrak kerja yang jelas sebagai bukti sahnya hubungan kerja mereka dengan instansi yang bersangkutan. Sebab, kata Nelson, bila tak punya kontrak kerja, maka tenaga kerja tersebut tak akan punya dasar untuk menuntut hak-hak ketenagakerjaannya, seperti tunjangan kesehatan, hingga hak memperoleh pesangon ketika terjadi pemutusan hubungan kerja. "Jadi pada perinsipnya hubungan kerja itu harus tertulis," tegas dia. - Ekonomi Reporter Selfie Miftahul JannahPenulis Selfie Miftahul JannahEditor Abdul Aziz
Jakarta ANTARA News - Pendapatan kuli panggul yang memakai seragam warga biru di Terminal Bus Antarkota Antarprovinsi Pulogadung, Jakarta Timur, meningkat selama arus mudik dan balik Lebaran 2014, yakni bisa mencapai Rp100 ribu per hari. "Alhamdulillah selama arus mudik dan balik ini, pendapatan lumayan bagus. Dalam sehari bisa mencapai Rp100 ribu. Kalau hari biasa paling besar Rp40 ribu," kata Roni, salah seorang kuli panggul di Terminal Bus AKAP Pulogadung, Sabtu. Bapak satu orang anak ini menuturkan, ia tidak mematok tarif pasti kepada pemudik yang akan menggunakan jasanya. "Untuk tarif tidak ada patokan. Itu tergantung orangnya saja. Bisa Rp2 ribu, Rp3 ribu atau paling besar Rp10 ribu," kata Roni yang sudah 20 tahun menjadi kuli panggul di Terminal Pulogadung. Menurut dia, saat ini dalam menawarkan jasa, ia pun harus bersaing dengan sopir aksi dan tukang ojeg. "Kalau sekarang saingannya berat. Karena taksi dan ojeg bisa masuk ke terminal. Kalau dulu, tahun 1998 taksi sama ojeg nggak boleh masuk. Jadi kami tidak punya saingan," kata dia. Sementara itu, kuli panggul lainnya Garsono menuturkan tidak semua pemudik mau menggunakan jasa kuli panggulnya. "Kadang saya menawarkan baik-baik. Pemudik malah seperti takut. Padahal saya cuma nawarin jasa saja. Kadang dijawab dengan nada tinggi sama mereka," ujar Garsono. Bagi Garsono yang sudah sepuluh tahun menjalani profesi sebagai kuli panggul di Terminal Pulogadung, "panen rejeki" tersebut hanya berlangsung selama dua pekan saja. "Karena beres arus balik ini. Suasana terminal bakal seperti biasa lagi. Tidak seramai sekarang," katanya. Dalam menawarkan jasa, para kuli langsung mendekati bus dari luar provinsi yang tiba area kedatangan di Terminal Pulogadung. "Ibu/bapak mau dibawain barang bawaannya," itulah kalimat yang diajukan para kuli panggul kepada penumpang yang keluar dari bus. Roni, Garsono dan kuli panggul lainnya mulai bekerja dari jam pagi hingga sore. Sutini, salah seorang pemudik yang menggunakan jasa kuli panggul mengaku cukup terbantu dengan keberadaan jasa angkut barang tersebut. "Lumayan membantu, karena saya bawa barang cukup banyak dari kampung halaman. Kalau dibawa sendiri repot juga karena saya bawa anak kecil juga," kata Sutini yang mudik ke Cirebon, Jawa Barat. a032/O001Pewarta Ajat SudrajatEditor Tasrief Tarmizi COPYRIGHT © ANTARA 2014
kuli panggul di terminal bekerja dengan mengandalkan